Medinafm (Garut) – dilansir dari KOMPAS.com, Typhoon atau topan Hagibis yang melanda wilayah Jepang diperkirakan akan menjadi topan besar yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Pada 1958, topan Hagibis dilaporkan menewaskan lebih dari 1.200 orang. Typhoon Hagibis adalah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat.
Namun, tak banyak yang tahu, topan Hagibis atau Typhoon Hagibis, ternyata penamaannya berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.
Melansir ABS CBN, dalam bahasa Filipina, Hagibis memiliki arti kecepatan dan kekuatan.
Adapun, penamaan siklon merupakan sumbangan nama yang selama ini diberikan oleh 14 negara dan wilayah.
Hagibis, band Filipina
Topan Hagibis juga memiliki kesamaan nama dengan nama band Filipina yang sudah berusia empat dekade.
Munculnya typhoon Hagibis ini, sekaligus mengingatkan kembali orang-orang tentang keberadaan band tersebut.
Dikenal sebagai “Orang Desa” Filipina, band Hagibis merupakan band beranggotakan pria yang telah ada sejak 1979.
Beberapa anggota telah mengubah penampilannya, beberapa masih mempertahankan aksinya yang menggunakan celana hitam ketat, jaket kulit, kemeja terbuka, dan gerakan tarian.
“Hagibis mendapatkan publisitas tidak langsung dari seluruh dunia,” ujar Jose Parsons Nabiula, 61 tahun seperti dilansir dari ABS CBN.
Parsons sendiri merupakan nama panggung Sonny Parsons, yang telah bergabung dengan band tersebut sejak awal dibentuk.
“Ini mengingatkan semua orang tentang kelompokku. Beberapa orang membuatnya bahan guyonan, beberapa meresponnya dengan serius,” kata dia.
Topan Hagibis diprediksi mendarat di pulau utama Jepang Honshu pada Sabtu dan diprediksi sebagai badai paling kuat yang menghantam ibu kota Jepang selama 6 dasawarsa.
Peristiwa ini membawa banyak orang mencari pencarian di Google hingga Hagibis masuk dalam daftar tren pencarian dan berpengaruh terhadap pamor band Hagibis.
“Banyak orang yang bercanda tentang kekuatan Topan Hagibis dan membandingkannya dengan band,” kata Parsons.
Parsons berharap keingintahuan orang terhadap Hagibis membawa dampak pada bandnnya yang saat ini hanya tampil sekitar dua kali dalam sebulan di wilayah Manila.
Meski badai ini tak sampai ke wilayah Filipina, dampak typhoon Hagibis seperti hujan dan badai juga terjadi di beberapa wilayah bagian tengah dan selatan Asia Tenggara.
Parsons berharap, setelah thyphoon Hagabis berlalu, bandnya bisa berkunjung ke Jepang.
“Jika grup kami memiliki kesempatan bernyanyi ke Jepang, kami akan membantu mereka melupakan topan,” ujar dia. (*)