Medinafm (Garut) – Setelah “Sedekat Awan” pada bulan April dirilis dengan konsep yang berbeda dari garapan musik sebelumnya, beberapa waktu lalu tepatnya di tanggal 30 Oktober 2019, Fuad (Bass), Dedy (Gitar), Mahe (Keyboard), Praga (Drum), dan Jhagad (Vocal) lagi-lagi membuat langkah cukup berani, yang bisa jadi tidak mungkin dilakukan oleh band-band lain yang sudah nyaman dengan genrenya.
Keberanian mereka bukan tanpa alasan, mereka mencoba menjajal kemampuan mencipta, dan mengaransemen sesuatu yang menurut mereka sendiri susah itu sebagai sebuah tantangan, ini adalah benar-benar uji nyali berhadapan dengan jawara-jawara di musik jenis ini yang sudah khatam dalam setiap prosesnya, mulai dari penciptaan karya sampai tetek bengek yang telah mereka lakukan untuk menjadikan mereka eksis di dunia musik yang digelutinya.
Tidak ada hearing dengan orang lain, bahkan dengan orang terdekat sekalipun yang biasanya selalu dimintai masukan ketika karya masih tahap kasaran, semua tertutup rapat hanya di anggota band saja. Itu juga bukan tidak beralasan.
“Ini tantangan membuat sebuah karya jenis musik yang belum pernah dibuat sebelumnya, benar-benar memeras upaya agar bisa diterima, diakui, dan bisa dinikmati, dan jika karya saya sesuai dengan yang diharapkan, maka itu adalah hasil dari keyakinan bahwa karya yang saya bikin ini adalah benar dan tepat pada sasaran, yaitu orang banyak”.
ungkap Jhagad, sebagai pencipta lagu dan lirik ini.
Lagu ini hanya sebuah cerita sederhana, tapi ternyata banyak orang mengalaminya. Tentang cinta? Iya, 3 tahun tidak ada kabar, ketika bertemu kembali harus merelakannya pergi dengan yang lain, pasti “Remuk Ati (Janjine Piye)” pokoknya ambyar ambyar temenan.
Untuk proses pembuatan lagu ini bisa dibilang cukup cepat, hanya memerlukan waktu 7 hari dan semua selesai, sebagai bentuk kesungguhan Jhagad dan kawan-kawan untuk membuktikan bahwa mereka bisa berkarya di jalur ini. (*)