Ditengah kemajemukan band-band yang secara profesional berada di industri musik, musik Jazz selalu mendapat tempat dihati para pengikut setianya. Nama-nama populer dan independen mampu jalan beriringan dengan baik. Bahkan menariknya, sejumlah event jazz kini bukan hanya melibatkan musisi jazz terlibat. Namun musisi yang mengumandangkan musik pop, electronik, rock, dan hingga eksperimental, punya porsi yang cukup. Dan ini menjadikan industri menjadi semakin terlihat gegap gempita dengan segala jenis output musikalnya.
Dan diantara kemajemukan musik indonesia, tak terasa bahwa perjalanan sebuah band fusion jazz di era modern bisa bernafas lebih panjang. Percaya atau tidak, band ini tengah memasukin usia tahun ke – 5 dalam perjalanan musik Indonesia.
Adalah sosok-sosok brilian dan populer dalam meramu musik fusion di Negeri ini. Siapa lagi kalo bukan Krishna Siregar (keyboard), Kadek Rihardika (gitar), Franky Sadikin (bass), Damez Nababan (alto sax) dan satu-satunya personil perempuan muda berbakat, Jeanne Phialsa atau akrab dengan nama Alsa (drum).
Terbentuk sejak 11 Mei 2012, Fusion Stuff berhasil meramu sebuah menu musikal yang asik untuk didengarkan. Melalui chemistry yang udah terjalin sejak lama, akhirnya mereka menyelesaikan karya terbarunya yang dikasih judul Playground. Album kedua yang menjadi ledakan anyar band asal Ibukota.
Sederhananya, Playground berarti taman bermain. Namun menurut Khrisna, Playground punya makna yang sangat mendalam dan sarat emosional. Karena dalam setiap komposisi yang dihadirkan melibat sosok-sosok yang amat dicintainya. Sebut saja seperti lagu, Playground single andalannya di album ini.
Lagu ini menceritakan tentang sebuah taman bermain yang indah jika diumpakan layaknya taman surga. Lagu dengan durasi 4.20 detik ini hadir dalam komposisi seimbang dari seluruh instrumen yang dihadirkan. Dan serunya, muncul suara putri cantik Krishna yang telah dipanggil oleh Sang Pencipta sebagai bagian dalam lagu tersebut.
“Saya belum pernah ke surga. Tapi saya meyakini apa yang indah-indah, pasti laksana surga. Dan bagi saya, menghadirkan komposisi musik dalam Playground, tak ubahnya seperti taman yang indah, yang saya ibaratkan seperti surga. Tempat anak saya bermain disana saat ini,” ungkap founder Fusion Stuff ini.
Di album keduanya, band yang kerap menjadi langganan event-event jazz ini membentangkan 7 trek dengan nuansa fusion, pop, rock dalam frame jazz yang cukup kental. Dan lagi-lagi, mereka masih konsisten bereksperimen tanpa menghadirkan unsur vokal. Dengan kata lain mereka masih setia dengan musik instrumental. Coba dengarkan lagu Bali Dancing Boy, Somewhere, Easy To Forget, Take It Easy, My Imagination Through Your’s dan To The Love. Semua lagu ini tak memiliki vokal, tapi tetap menjadi musik yang berkualitas.
Jangan lewatkan single Bali Dancing Boy yang akan menjadi single kedua dari album ini. “Ini sebuah lagu yang menarik. Karena meski ada kata Bali, kita sama sekali tak memasukan unsur instrumen asli apapun yang bersifat balinesse. dari Bali. Tapi kami mengaplikasikan keriangan bocah-bocah Bali ke dalam komposisi musik fusion yang kami buat,” tambah sahabat Indra Lesmana ini.
Nah, sejumlah fakta telah digelontorkan bagaimana musik Fusion Jazz punya komposisi yang asik. Keyakinan Khrisna mungkin beralasan. Selain komitmen kuat diantara personil Fusion Stuff, mereka pun memiliki energi yang luar biasa dari komposisi “darah muda” dalam musikalitasnya. Seperti Alsa (drumer BaseJam, Erwin Gutawa), yang menemukan gairahnya dalam bermusik ketika bergabung dengan Fusion Stuff. Begitu juga Damez saxophonist muda yang namanya udah gak asing lagi bagi penikmat musik jazz. Belum lagi Kadek dan Franky yang kemampuannya di atas rata-rata.
Semua fakta ini membuat Fusion Stuff semakin siap memberikan warna dalam scene musik dalam negeri. “Siapa yang tak senang musiknya dicintai music lovers. Itu menjadi misi kita bersama Fusion Stuff. Bukan hanya pecinta jazz, tapi kita ingin Fusion terdengar lebih simple, dan terlihat lebih asik dan menyenangkan,” tutup Kadek.