MedinaFM (Garut) – Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menggelar kegiatan forum diskusi publik bertajuk Bincang Teras Negeriku dengan tema “Muda, Toleran, Produktif” yang digelar di Universitas Garut pada Kamis (4/8).
Koordinator IK Pertahan keamanan (Hankam) Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo, Dikdik Sadaka menjelaskan kegiatan ini diadakan untuk menumbuhkan rasa toleransi pada para mahasiswa dan kalangan generasi muda. Sekaligus untuk mencegah tersebarnya paham-paham radikalisme di Garut.
Sebab menurut Dikdik, generasi muda menjadi sasaran rentan dengan dipengaruhi perkembangan teknologi digital, seperti mudahnya akses kepada konten-konten radikal dan ujaran kebencian di media sosial.
“Mengingat generasi muda adalah kelompok vital yang menjadi ujung tombak kemajuan dan pembangunan bangsa di masa depan, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan radikalisasi agar tidak semakin meluas,” ucapnya saat ditemui di Universitas Garut.
Dikarenakan banyaknya ragam informasi yang mereka konsumsi di media sosial tidak diiringi kemampuan literasi yang baik. Ini membuat generasi muda mudah termakan hoaks hingga terprovokasi konten radikal.
Dikdik mengungkapkan, ada dua metode yang diterapkan Pemerintah Indonesia untuk menekan sebaran paham-paham radikal dan intoleran pada generasi muda.
“Dua langkah ini yaitu pencegahan serta penindakan. Pencegahan itu kita lakukan melalui sosialisasi langsung kepada masyarakat. Sementara penindakannya itu kita melakukan blokir-blokir terhadap situs atau media sosial yang menyebarkan paham-paham radikalisme dan intoleransi,” paparnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Influencer An An Aminah menuturkan, Kabupaten Garut merupakan daerah yang sangat proaktif dengan isu-isu sosial.
Menurut Aminah, acara Bincang Teras Negeriku dengan tema “Muda, Toleran, Produktif” merupakan kegiatan yang sangat positif dari Pemerintah untuk terjun langsung menangkal paham-paham radikalisme dan intoleransi pada generasi muda di Garut.
Aminah merasa yakin, para generasi muda di Garut akan menjadi benteng utama pencegah tersebarnya paham-paham radikalisme dan intoleransi.
“Tantangan generasi muda akan semakin besar seiring perkembangan zaman. Meningkatkan kapasitas diri dengan hal-hal produktif seperti memperkaya pondasi agama dan pendidikan adalah benteng utama dalam menghadapinya,” ucapnya.
Adapun Ketua umum JBZ Jabar Bergerak Zillenial, Nadrizal Habib menyatakan, perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri, apalagi oleh kalangan generasi muda.
Oleh karena itu, lanjut Nadrizal, generasi muda harus membekali diri dengan pengetahuan yang bisa mengontrol dirinya ketika mengonsumsi konten-konten di media sosial.
“Generasi muda juga harus bisa membuat dirinya produktif, dalam artian menyampaikan nilai-nilai keberagaman sepertinya yang terkandung dalam Pancasila. Dimana para pendiri Bangsa Indonesia sama-sama menginginkan generasi selanjutnya harus menghargai keberagaman,” pungkasnya.
Seperti diketahui, tertangkapnya mahasiswa simpatisan ISIS oleh Densus 88 di Kota Malang pada Mei 2022 lalu menandakan bahwa radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman yang serius bagi keutuhan bangsa.
Aksi teror di atas muncul dari berkembangnya radikalisme pada sekelompok orang.
Radikalisme merupakan suatu ideologi dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan dan ekstrim.
Dalam konteks negara Indonesia, kelompok radikal ingin mengubah ideologi yang dianut bangsa yakni Pancasila dengan cara apapun, meskipun itu melanggar hukum dengan meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka.
Radikalisme terorisme merupakan masalah politik dan tidak dapat disamakan dengan masalah agama, jika ditelisik lebih dalam akar dari radikalisme adalah sikap intoleransi.
Salah satu upaya yang dilakukan kelompok radikal saat ini ialah dengan menyasar generasi muda untuk dipengaruhi paham radikal dan intoleransi.***